BeritaKarawang.com - Sebelumnya, dikhawatirkan banyak TV bermunculan akan mengikis eksistensi radio-radio, padahal tidak seperti itu keadaannya, karena media audio ini masih banyak didengar oleh masyarakat, terutama saat mereka bepergian dalam mobil atau sekedar santai.
Demikian kata Direktur The City 102 FM, Bambang Pranowo, Kamis (1/4/2010) siang. Menurutnya, radio masih jadi media komunikasi aktif dan hiburan masyarakat. Sementara ini, pihaknya tengah mencari segmen radio yang tepat, karena kondisi heterogen seperti di Karawang ini harus bisa memadukan program yang menyentuh semua kalangan.
"Jadi, memadukan antara idealisme dan pragmatisme, idealisme ini yang menyangkut jangka panjang, sedangkan pragmatisme menyangkut selera masa kini dan lingkungan," jelasnya.
Kata dia, radio besar di Indonesia jarang berani membuat radio di daerah, karena membangun radio di perkotaan cenderung lebih mudah, beda dengan radio daerah yang terlalu 'jelimet'. Diakuinya membangun radio daerah susah-sudah gampang dan harus bisa memformulasikan secara tepat tentang rumusan program.
"Satu sisi, masyarakat senang, satu sisi juga mengarahkan untuk perubahan masyarakat kedepan, dan eksistensi radio kedepan bisa dipertahankan," jelasnya.
Dijelaskannya, maksud 'jelimet' ini diantaranya dari latar pendidikan pendengar berbeda dibanding taraf pendidikan di perkotaan yang lebih maju. Selain itu, dari sisi ekonomi kedua masyarakat itu jelas ada perbedaan mendasar, ini praktis menjadi pertimbangan juga bagi pengiklan atau produsen. "Satu tempat banyak orang, tapi daya belinya minim, ya percuma," ungkapnya.
Saat ini, dirinya masih fokus tentang program dan mencari SDM (Sumber Daya Manusia) untuk kru radio, karena April 2010 ini The City 102 FM harus lounching.
Diakuinya, selain SDM masih ada tantangan lainnya, diantaranya menyelaraskan antara keberadaan radio dan lembaga pendidikan SMK Ristek dan SMK Perbankan Indonesia yang juga dikelolanya.
Kata dia, hal itu yang sedang diformulasikan pada radio yang didirikannya. Dia juga tidak menuntut banyak iklan yang digandeng radio, sedangkan idealismenya diabaikan.
Namun begitu, kedepan faktor pendidikan akan lebih baik dibanding sekarang dan selera pasar akan berubah. Sekarang, pihaknya menjaga supaya radio ini bisa eksis, dari eksis itu pelan-pelan akan melakukan pembenahan di berbagai program, materi dan SDM.
"Sehingga bisa menarik pendengar untuk tetap konsen pada The City 102 FM, karena kita sulit mensejajarkan radio daerah dengan di perkoataan. Makanya kita buka line sms 24 jam untuk memberi masukan tentang program radio, setiap hari hampir seribu sms yang kami terima," ujarnya.
Bicara tentang penyiar, dia akan menyaring penyiar yang andal, muda, energik dan memiliki pengetahuan luas tentang musik. Hingga kini, sudah terjaring 3 orang penyiar dari 16 peserta audisi pada awal Maret 2010 lalu. Tetapi, tidak menutup kemungkinan akan ada audisi lagi jika ketiga orang itu tidak memenuhi kriteria penyiar.
Kini, pembangunan The City 102 FM sudah mencapai 90 persen, tinggal 10 persen lagi yang membutuhkan banyak energi untuk finishing radio yang sedang dibangun di lantai 3 Ristek Buillding. (*)