Petugas BTT-12 wilayah Kecamatan Tirtamulya koordinasi bersama anggota kelompok tani Desa Karangsinom. |
KarawangNews.com - Petugas BTT-12 irigasi Tarum Timur mengatur penggunaan air untuk mengairi sawah di wilayah Kecamatan Tirtamulya, Karawang, sudah optimal.
Hal itu disampaikan petugas Perum Jasa Tirta (PJT) II Cikampek, Heru Herdiansyah, ketika dikonfirmasi di kantornya, yang bertugas di divisi pengelolaan air Tarum Timur BTT-12 untuk wilayah Kecamatan Tirtamulya, Karawang, Jawa Barat.
"Aliran air dari induk irigasi sudah optimal, tantangannya adalah pengelolaan air ke hilir agar dapat menjangkau seluruh lahan sawah," kata Heru Herdiansyah, Kamis (28/11/2024) siang.
Lebih jauh, Heru, mengatakan, selama ini pengaturan debit air sudah sesuai kebutuhan yang petani perlukan. Ketika masih ada yang kesulitan dalam memperoleh pasokan air, masalahnya bukan dari irigasi tapi dalam distribusi air ke tiap petakan sawah tersebut.
"Pengaturan air irigasi sudah sesuai kebutuhan. Kendalanya adalah jika terjadi kebocoran di saluran air tersier yang mengurangi efektifitas distribusi air ke petakan sawah petani," terang Heru.
Menurutnya, untuk mengatasi masalah ini, PJT II telah mengajukan perbaikan saluran irigasi ke pihak terkait dan sedang menunggu realisasi dari usulan tersebut.
"Kami sudah mendapat tanggapan positif, tinggal menunggu waktu untuk pelaksanaan perbaikan," kata Heru.
Di tempat yang sama Moh. Sanusi, penjaga pintu air di lokasi BTT-12 wilayah Kecamatan Tirtamulya mengatakan, pihaknya selalu berupaya mengoptimalkan distribusi air. Bahkan, pada pagi tadi, ia bertemu langsung dengan para petani untuk memastikan ketersediaan air di lapangan.
Selain itu dia menyampaikan, untuk menangani pengaliran air irigasi ke hilir, harus ada petugas ulu-ulu desa (pengatur saluran tersier) yang bekerja lebih efektif, untuk mempermudah pengelolaan air hingga ke petakan sawah.
"Harus ada petugas ulu-ulu desa, yang mengatur air ke tiap sawah petani. Sehingga pasokan air untuk pertanian di wilayah itu dapat berjalan lancar, tidak terganggu dengan masalah kekurangan air," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak kurang lebih dua ratus hektare sawah di wilayah Desa Karangsinom, Kecamatan Tirtamulya, Karawang, Jawa Barat, kurang pasokan air sering kekeringan.
Hal itu diungkapkan tokoh masyarakat, Kampung Karangsaga, H. Kimo (60) penggerak kelompok tani dari area pesawahan Rancabango di Desa Karangsinom, Kecamatan Tirtamulya. Dia mengeluhkan, sudah puluhan tahun para petani sangat kesulitan untuk mengairi sawah di wilayah itu.
"Sudah lama sekali sejak tahun 2000 an lalu, masalah petani di sini, tidak kunjung terselesaikan, sulit mendapatkan air untuk mengairi sawah ke area pesawahan Rancabango dari sumber aliran irigasi," terang H. Kimo, Minggu (24/11/2024) siang.
Hal tersebut disebabkan, ungkap H.Kimo, karena sepanjang kurang lebih 500 meter jalur tersier irigasi banyak yang bocor, alirannya dekat pipa Kelog sampai ke Kampung Kebonkalapa. Maka, hanya sedikit yang sampai ke hilir selebihnya terbuang percuma.
"Tambah lagi, perbaikan turap air tersier irigasinya, minim kualitas tidak bertahan lama, banyak yang kurang semen, pasir aduknya mudah terkelupas tergerus air, yang ada tinggal batu, ya, hasilnya seperti ini," timpalnya.
Dia mengaku, para petani di wilayahnya, kurang mendapat bantuan untuk program pertanian dari pemerintah. Tidak tahu apa saja program pertanian itu, tidak tersampaikan dengan baik ke masyarakat.
"Mungkin hanya segelintir orang tahu tentang program pertanian dari pemerintah, bila benar ada. Selebihnya, kami para petani di wilayah ini, hanya bisa patungan untuk beli sesuatu yang dibutuhkan," bebernya.
Ketika disinggung area pesawahan di Desa Karangsinom apakah sudah jadi zona perumahan?. Dijawabnya."Area pertaniannya lebih luas sawah milik petani, meskipun sebagian kecil sudah ada dibeli pengusaha property tapi masih digarap para petani sawahnya itu," jelas H.Kimo.
Dia memaparkan, selama ini butuh biaya besar yang dikeluarkan para petani ketika akan menggarap sawah, terlebih pupuk subsidinya juga mahal. Tambah lagi ketika mengairi sawah, harus dibantu dengan menggunakan mesin pompa air.
"Jika tidak dibantu menggunakan pompa air untuk mengairi sawah, bisa terancam gagal panen," ucapnya.
Dikalkulasikannya, untuk 10 liter bensin diisi ke mesin pompa air, bisa digunakan selama 6 jam, hanya bisa mengairi 1 hektare sawah, besok hari surut, kering lagi tidak tertahan lama. Kalau tidak terbantu air hujan seperti itu terus, seminggu satu-dua kali harus rutin, sampai panen tiba.
"Ini adalah masalah yang selama ini dirasakan para petani. Untuk mengambil air dari sumber aliran irigasi pun kendalanya sulit sekali," urainya.
Dia berharap, ada solusi kongkrit dari pemerintah daerah ataupun pemerintahan desa, jangan sampai tutup mata, diharapkan bisa mengakomodir keluhan para petani tersebut.
"Mudah-mudahan ada solusi dari pemangku kebijakan untuk kami para petani yang kesusahan. Di momen Pilkada ini, jangan hanya minta dipilih ke masyarakat, tapi buktikan dengan kerja nyata dan bukan sebatas pencitraan saja," ujarnya. [Sukarya]